Archive for the ‘MOTIVASI’ Category

BERPIKIR SEPERTI MILYUNER

June 3, 2008

BERPIKIR SEPERTI MILYUNER

Ketika satu mobil dari Ritch Palace ke Embong Sawo, Pak Hanny pernah berkata kepadaku, “Untuk menjadi orang kaya, kita harus kaya lebih dulu.” Apa maksudnya? Orang kaya—karena memiliki banyak uang—bisa berinvestasi banyak sehingga menghasilkan keuntungan yang banyak juga. Sebaliknya, orang miskin—karena uang yang sangat mepet—tidak bisa berinvestasi sama sekali. Dengan demikian, jurang antara si kaya dan si miskin semakin dalam sehingga susah dijembatani.

Saat berkhotbah di Maranatha Book Store dan Maranatha Krista Media, saya menemukan buku baru berjudul Think Like A Billionaire Become A Billionare karya Scott Anderson. Scott, seorang anak Tuhan, memakai Amsal 23:7 sebagai thesisnya: “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia” (Amsal 23:7). Di dalam bahasa Inggris kata membuat perhitungan diterjemahkan “think” alias berpikir. Jika kita berpikir bahwa kita bisa kaya, maka kita bisa kaya. Kira-kira begitulah.

Scott Anderson menghabiskan ratusan jam untuk membaca buku-buku dan mendengar CD tentang investasi dan menemukan bahwa orang kaya berpikir berbeda dengan orang kebanyakan. Apa sih bedanya? Ada tujuh area yang disikapi secara berbeda antara orang kaya dan yang tidak. Inilah ringkasannya.

1. Kita amat kreatif di dalam menghabiskan uang, sedangkan orang kaya kreatif di dalam menginvestasikan uangnya. Saya pernah mendengar ada seorang yang mendapatkan warisan berkilo-kilo emas, tetapi habis di dalam waktu singkat.

2. Kita amat sedikit di dalam berinvestasi, sedangkan orang kaya menyadari bahwa untuk menjadi lebih kaya lagi mereka harus berinvestasi. Seringkali kita tidak berinvestasi bukan karena kekurangan uang tetapi karena tidak bisa membuat prioritas yang baik.

3. Kita berpikir bahwa dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekarang, kita akan menjadi orang kaya, sedangkan orang kaya menyadari bahwa investasilah—bukan pekerjaan—yang membuat mereka semakin kaya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semakin tinggi jabatan kita di dalam pekerjaan, semakin banyak juga uang yang kita habiskan.

4. Kita cenderung menghindari risiko karena takut gagal, sedangkan orang kaya justru sadar sepenuhnya bahwa jika mereka tidak mengambil risiko berarti mereka sudah gagal.

5. Kita cenderung menghindari masalah, sedangkan orang kaya justru memandang masalah sebagai kesempatan yang bisa memberikan peluang yang besar untuk menjadi lebih kaya. Hanya orang yang berani menghadapi masalah yang justru mendapat kesempatan.

6. Kita mempersiapkan hari ini hanya untuk hari ini, sedangkan orang kaya mempersiapkan hari ini untuk hari esok. Warren Buffet bahkan sudah mulai mempersiapkan masa depannya dengan berinvestasi sejak umur 12 tahun.

7. Kita cenderung kreatif di dalam menghabiskan waktu kita, sedangkan orang kaya selalu memandang waktu sebagai aset mereka yang paling berharga. Ketika masih tinggal di Jogja, saya ingin mewawancarai Mochtar Ryadi. Coba tebak jam berapa saya diterima? Jam 1 dini hari. Setelah selesai, saya melihat banyak orang berdasi menunggu pemilik kelompok Lippo group ini untuk mengadakan rapat.

Scott Anderson mengajak kita untuk berpikir seperti seorang milyuner. Firman Tuhan mengajak kita untuk berpikir, bersikap dan bertindak sebagai seorang anak raja. “ Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9). Oke? (Xavier)

Sumber : gbihfc.org

Calcuta Memories : Kristianitas adalah Pemberian

May 22, 2008

Dari kumpulan catatan Ibu Teresa dari Calcuta memories. . .

Catatan tersebut : . . ..

Kristianitas adalah Pemberian

Mother Theresa

Ketika seorang Hindu tanya, “Apakah Kristianitas itu?”
Ibu Teresa menjawab, “Kristianitas adalah pemberian.”

Allah begitu mencintai dunia sehingga Dia menyerahkan Putra-Nya.
Dia memberikan-Nya kepada Maria agar Maria menjadi bunda-Nya.
Dia telah menjadi seorang manusia seperti Anda dan saya dalam segala hal,
kecuali dalam hal dosa.

Yesus juga membuka cinta-Nya kepada kita
dengan memberikan hidup-Nya sendiri, keberadaan-Nya sendiri.
Sekalipun Dia kaya, Dia telah menjadi miskin untuk Anda dan saya.
Dia menyerahkan diri-Nya sepenuhnya,
Dia wafat di kayu salib.
Namun, sebelum Dia wafat,
Dia menjadikan diri-Nya sebagai roti kehidupan
agar rasa lapar kita akan kasih dapat terpuaskan.

Dia bersabda,
“Jika kamu tidak makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku,
kamu tidak dapat memperoleh hidup abadi.”

mother Theresa

Kebesaran kasih-Nya membuat-Nya menjadi orang lapar
yang berkata,
“Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan,” dan
“jika kamu tidak memberi Aku makan,
kamu tidak dapat masuk ke dalam kehidupan kekal.”
Inilah pemberian Kristus.

Saat ini Allah juga mencintai dunia.
Dia mengutus Anda dan saya untuk membuktikan
bahwa Dia mencintai dunia,
bahwa Dia masih memiliki bela rasa terhadap dunia.

Kita harus menjadi kasih-Nya, rasa simpati-Nya
di dalam dunia saat ini.

Akan tetapi untuk dapat mencintai,
kita harus memiliki iman,
karena iman yang aktif adalah kasih,
kasih yang aktif adalah pelayanan.

Yesus membuat diri-Nya menjadi roti kehidupan
agar kita dapat makan dan hidup,
dan mengenal Dia
dalam pakaian compang-camping orang miskin.

Untuk dapat mencintai
kita harus dapat melihat dan merasakan.

Oleh karena itu, seperti dalam Injil
Yesus menjadikan orang miskin
sebagai harapan akan keselamatan
bagi Anda dan bagi saya sendiri.

Dia bersabda,
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku.”

CHATERINE PONDER: SUKSES ALA ALKITAB

May 21, 2008

“Berhentilah memikirkan kemiskinan sebagai kebajikan. Tindakan itu merupakan keburukan yang umum terjadi. Pada dasarnya ada satu masalah dalam hidup: kepenuhan. Pada dasarnya ada satu solusi: sirkulasi. Karena itu, pemberian yang sistematis adalah praktik sangat kuat yang mensyukuri setiap tahap dalam hidup kita, karena membuat kita tetap menyelaraskan diri dengan kekayaan alam semesta.”

Ungkapan yang terkenal itu diucapkan oleh Catherine Ponder, salah seorang pendeta wanita yang banyak mempelajari masalah rahasia kesuksesan hidup menurut Alkitab. Penulis lebih dari selusin buku ini—di antaranya The Prosperity Secrets of the Ages, The Dynamic Laws of Healing, The Millionaires of Genesis, The Millionaire Joshua, dan The Prospering Power of Prayer—memang selalu tertarik pada hubungan antara kerohanian dan kesuksesan seseorang. Saat melayani sebagai pendeta di Unity Church, dia memutuskan untuk mempelajari Alkitab, khususnya dalam hal kemakmuran, secara lebih saksama.

Wanita yang lahir pada tahun 1927 ini belajar pendidikan dan bisnis di North Carolina sebelum memutuskan untuk menjadi pendeta pada tahun 1958. Sejak itu dia melayani di berbagai tempat di belahan bumi Amerika antara lain di Birmingham, Alabama, Austin, Texas dan San Antonio. Pada tahun 1973 dia pindah ke Palm Desert, Kalifornia sampai masa tuanya.

Sejak masa kecilnya Catherina telah diajar untuk berpikir bahwa “orang Kristen yang miskin adalah orang Kristen yang baik”. Namun, setelah dia mempelajari Alkitab, dia tidak menemukan kebenaran itu. Semakin dalam dia mempelajari Alkitab, dia semakin yakin bahwa Allah ingin memberkati kita secara berlimpah.

Ketika Amerika dilanda resesi, jemaat yang dia pimpin memintanya untuk memberikan panduan untuk hidup melewati krisis. Catherine mulai mengajarkan bahwa pikiran seseorang akan menentukan jalan hidupnya. Jemaatnya mengalami pembaruan sekaligus terobosan. Banyak di antara mereka yang mendapatkan kenaikan penghasilan yang menakjubkan, promosi jabatan dan hutan-hutang yang terbayar lunas. Dia menjawab pertanyaan jemaat “apakah mencari kemakmuran itu perbuatan yang benar?”

Mereka mendasarkan pertanyaan itu dari Alkitab juga. Bukankah Alkitab berkata, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24) dan “Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Markus 10:24).

Tantangan jemaatnya itulah yang membuatnya ingin membuktikan bahwa Allah menginginkan kita kaya. Yang salah bukan kekayaannya itu tetapi cara penggunaan yang tidak tepat. Menurutnya, tidaklah masalah kita menjadi kaya asal cara mencari dan memakainya tetap sesuai Firman Tuhan. Dia pun mengajarkan jemaat untuk memakai uangnya dengan bijak.

Catherine Ponder meyakinkan kita bahwa asal kita tahu bahwa sumber kekayaan itu datangnya dari Tuhan, dan harus dipakai untuk kemuliaan-Nya, maka justru seharusnya kita belajar untuk mencari kekayaan. Anak muda kaya yang disuruh Yesus menjual seluruh hartanya itu karena dia masih terikat dengan kekayaannya dan tidak memprioritaskan Tuhan. (Xavier, 50 Succes Classics karya Tom Butler-Bowdon).

MOVING TO THE NEXT LEVEL

May 7, 2008

MOVING TO THE NEXT LEVEL
Oleh : Ps. Indri Gautama

“Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadanya.” – Mazmur 37:23

Hidup adalah suatu perjalanan menuju kedewasaan. Semua yang ada di sepanjang perjalanan itu adalah bagian dari suatu proses. Pada saat Anda melangkah memasuki tingkatan-tingkatan yang berbeda dari hidup ini, Anda akan mendapat pengetahuan baru dan pengalaman baru. Sewaktu Anda terus maju melangkah, Anda sedang membuat suatu pijakan pada tingkat kedewasaan yang lebih tinggi.

Albert Einstein berkata: “You cannot master a problem at the level where it was created.” Anda tidak bisa menguasai suatu permasalahan jika Anda masih berada pada tingkat di mana permasalahan itu terjadi. Artinya, untuk keluar dari suatu masalah, Anda harus melangkah supaya Anda berada pada tingkat yang lebih tingi dari masalah itu.

Krisis sesungguhnya adalah suatu yang positif. Krisis akan mendesak Anda untuk naik ke tingkat berikutnya. Tetapi Anda sendiri perlu beranjak untuk bisa naik ke tingkat berikutnya. Ini yang disebut moving to the next level.

Tuhan merancang perubahan sebagai suatu proses, bukan sesuatu yang instan. Tuhan jauh lebih tertarik pada perjalanan kita, sebab dalam perjalanan itulah kita mengalami proses perubahan yang membentuk karakter kita. Perjalanan Anda jauh lebih penting daripada hasil akhirnya.

Dan yang membuat Anda bisa berubah adalah firman Tuhan. Karena itu Anda harus menjadi orang yang mencintai firman, yang mau ambil waktu untuk merenungkan dan memperkatakan firman siang dan malam, maka firman akan membuat langkah-langkah dan perjalanan Anda berhasil (Yosua 1:8).

Seorang pengkhotbah besar, Edwin Cole menyatakan: “Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan di dalam hidup ini. Perubahan adalah esensi dari kedewasaan.” Orang Kristen yang tidak mau berubah, tidak akan pernah bertumbuh dewasa.

Nah, bagaimana caranya berubah? Perubahan hanya dapat terjadi pada saat Anda bersedia mengkonfrontasikan keberadaan yang sesungguhnya mengenai diri Anda dengan kebenaran firman Tuhan. Dengan cara ini, Anda akan tahu dengan jelas di mana posisi Anda dibandingkan dengan firman yang Anda baca. Apakah hidup Anda sudah sesuai firman atau belum. Area mana dalam hidup Anda yang perlu diubah. Inilah cara untuk bergerak ke tingkat berikutnya.

Dalam kasih-Nya,
Maria Magdalena Ministries
230408

Kisah dibalik pembuatan Film The Passion of Christ

May 6, 2008

THE PASSION OF JIM CAVIEZEL

Jim Caviezel

Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of Jesus Christ”. Ini Kesaksiannya,…

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL ” THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Ben Chapli, John Cusack & Jim Caviezel in  The Thin Red Line
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya,
menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor
pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain.
Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?”
Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”.

Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus
memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya?
Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanya an tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini.
Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang
dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya.

Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan
semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang
satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan.

Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat
mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak
mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa
salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Jim Caviezzel dalam The Passion Of The Christ
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu.

Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini.

Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih
ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus.
Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm.
Jim Caviezel  As Jesus Christ
Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan. Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian
penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang bisa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan.

Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang. Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!”.
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ…

Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa. Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

Sumber : Terangdunia mailinglist

TEAM WORK SYNERGY

May 5, 2008

TAK SEORANGPUN YANG BISA JADI SUPERMAN

Almarhum Christopher Reeve menjadi sangat terkenal ketika ia memerankan tokoh Superman. Superman tokoh fantasi idola anak-anak sedunia karena kehebatan dan kekuatannya yang tak terkalahkan. Ia digambarkan senang menolong dan selalu menang atas berbagai kejahatan.

Namun, di akhir hidupnya Reeve mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan ia lumpuh total. Namun, semangatnya tak terpadamkan. Dengan bantuan istri, keluarga, rekan-rekan dan peralatan medis, ia sanggup menjadi sutradara film. Apa yang dapat kita simak dari peristiwa ini? Sungguh tak seorangpun yang benar-benar bisa menjadi superman. Kita semua ternyata saling membutuhkan. Sebuah kekuatan dan kehebatan terletak dari kerja sama dan sinergi yang harmonis.

KEGAGALAN THE LONE RANGER

Memang benar ada orang yang memiliki banyak talenta dan sanggup mengerjakan berbagai pekerjaan sekaligus (multitasking), namun ia tidak memiliki segalanya. Ia tetap membutuhkan orang lain. Untuk sementara ia kelihatan unggul, tapi sesungguhnya ia tak akan mampu ber-saing menghadapi kekuatan sebuah tim.

Pernah ada seorang pemilik perusahaan yang bermaksud mencari rekanan untuk jasa training di kantornya. Ia menghubungi sebuah perusahaan training dan melakukan interview pada sang trainer. Si pengusaha menanyakan perihal kompetensi sang trainer. Dengan bangga sang trainer menjawab bahwa ia sanggup mengajarkan semua bidang keahlian yang diinginkan pemilik perusahaan. Harapannya, ia pasti memperoleh pekerjaan tersebut. Namun ia harus kecewa, karena ternyata si bos mencari trainer yang expert pada bidang tertentu dan bukan yang bisa segalanya.

DI TENGAH ERA GLOBALISASI, KITA MEMERLUKAN SPESIALISASI

Apa yang dilakukan Yesus ketika Ia siap memulai pelayanan? Yesus tidak sekadar berkhotbah, melakukan mukjizat, dan mengajar orang banyak. Tapi, Ia juga memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Yesus membangun teamwork. Ia menyadari tugas mahapenting yang harus dilakukan, karena tidak untuk selama-lamanya Ia berada di dunia ini.

Ada hal yang menarik ketika Yesus memanggil para rasul-Nya. Yang merupakan prinsip-prinsip utama dari sebuah teamwork :

Spesifik – Mereka berasal dari latar belakang dan profesi yang berbeda. Yesus memanggil nelayan, pemungut cukai, dokter, pejuang kaum Zelot, dan lain-lainnya untuk menjadi rasul-rasul. Keragaman memperkaya khazanah dan kompetensi teamwork.

Network – Mereka dipanggil untuk menjadi penjala bukan pemancing.Sebuah jala berbeda dengan pancing. Pancing adalah usaha perorangan. Sedangkan jala berbicara tentang kerja sama. Saling mengisi, mendukung, dan menolong satu sama lain.

Delegasi – Mereka dipercayai melakukan tanggung jawab masing-masing. Secara mendadak murid-murid pernah diperintahkan untuk memberi makan 5.000 orang. Filipus segera menghitung anggaran biaya. Andreas bagian humas menemukan seorang anak dengan bekal roti dan ikan. Yesus memberkati dan murid-murid membagikannya. Mukjizat dan kuasa ada pada Yesus, namun teamwork yang ada selalu berfungsi sebagai pelaksana andal.

MEMBIASAKAN DIRI BEKERJA SECARA TEAM wORK

Tidak banyak yang memiliki bakat alamiah sebagai pemimpin. Namun sebagian besar pemimpin sulit mendele-gasikan atau bekerja sama dengan orang lain. Ego yang kuat dan sulit memercayai merupakan halangan terbesar dalam teamwork. Namun hal ini dapat dikelola dan dilatih agar kita tidak terjebak dalam kegagalan the lone ranger.

Seperti halnya seorang pemimpin tidak dilahirkan, melainkan dibentuk. Demikian pula sebuah teamwork harus dibangun dengan melewati berbagai proses pembentukan. Diawali dengan tahap pengenalan pribadi dan sesama anggota, lalu ada tahap konflik dan perbedaan pendapat. Kemudian terjadi proses saling memahami dan penyesuaian pribadi yang dilanjutkan dengan kemampuan untuk saling mengisi dan sinergi. Ketika seorang merasa lemah, maka anggota tim yang lain akan dapat menolong. Itulah keunggulan sebuah sinergi teamwork.

Jakoep Ezra, MBA, CBA
Character Specialist
http://www.powercharacter.com

WORKING WITH YOUR HEART

May 5, 2008

WORKING WITH YOUR HEART
(PEKERJAAN BERKUALITAS LAHIR DARI HATI)

Ada orang yang bekerja dengan kepandaian dan pengetahuannya (head), ada pula yang mengandalkan koneksinya. Namun semua itu tidak menjamin bahwa mereka dapat menikmati pekerjaannya, sampai mereka bekerja dengan hatinya (heart). Selain bisa menikmati yang dikerjakan, bekerja dengan sepenuh hati hasilnyapun akan maksimal.

Ketika kita bekerja dengan hati, kemauan kita akan lebih kuat. Pikiran kita akan semakin tajam, sehingga akan lebih produktif dibanding bekerja tanpa hati. Dorongan hatilah yang menggerakkan pikiran, kemauan dan tindakan kita. Bagaimana bekerja dengan hati ? Mulailah dengan lima langkah berikut ini :

1. Tetapkan tujuan dalam hati.
Banyak tujuan yang bisa kita temukan ketika bekerja, mungkin untuk mendapatkan uang, pengalaman, posisi atau gengsi dan beberapa tujuan lainnya. Namun dalam persaingan bisnis yang ketat dan di tengah kesulitan akibat berbagai krisis, mereka yang bekerja digerakkan oleh tujuan-tujuan mulia yang lahir dari hati nurani, seringkali bertahan dan meraih sukses.

2. Temukan kepuasan dalam hati.
Kepuasan finansial, kepuasan karir dan kepuasan-kepuasan lain yang bersifat fisik, tidak ada habisnya sehingga seringkali membuat orang lupa diri dan terjebak dalam penyimpangan-penyimpangan bisnis yang akhirnya menimbulkan persoalan besar. Pencarian kepuasan batin atau hati akan menjaga seseorang melakukan cara-cara yang benar dan aman dalam berbisnis.

3. Bekerja dengan ketetapan hati yang teguh.
Halangan terbesar dalam bekerja adalah kondisi mental hati kita. Kurang antusias, kalah sebelum berperang, perasaan kurang mood dan berbagai kondisi mental yang melemahkan lainnya akan menjadi penghalang kesuksesan kita. Jika kita yakin terhadap motivasi hati kita yang bersih dan yakin dengan tujuan-tujuan mulia dalam hati kita, maka apapun halangannya akan dapat kita atasi dengan ketetapan hati yang teguh.

4. Bangun team dengan kesehatian.
Tidak ada orang yang bisa sukses maksimal dengan bekerja sendirian. Bekerjasama dengan team maka kita dapat mencapai hasil lebih maksimal. Team yang kuat, utuh solid dan kompak, hanya bisa diwujudkan melalui kesehatian satu sama lain.

5. Bekerja dengan sepenuh hati.
Apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati, keseriusan, fokus dan totalitas akan menghasilkan kualitas prima. Kesuksesan selalu diraih oleh mereka yang bekerja dengan segenap hatinya.

Oleh : Jakoep Ezra, MBA, CBA
Character Specialist
http://www.powercharacter.com

Cara Efektif Mengajarkan Nilai-nilai Positif Kepada Anak

May 5, 2008

“… akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi Bapamu … sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” (I Korintus 4:15-16)

Luruskan dan tetapkanlah nilai-nilai Anda—hal-hal yang terpenting bagi Anda—demi kepentingan Anda dan anak Anda. Anda adalah figur yang ditiru, entah Anda suka atau tidak!

I. CARA MENCAPAINYA:
1. Telitilah dengan jujur nilai-nilai Anda.
2. Berangan-anganlah untuk menjadi orang yang Anda ingin anak Anda menjadi sepertinya.
3. Jika Anda mempunyai pasangan hidup, bicarakan dengan jujur hal-hal yang penting bagi Anda berdua.
4. Putuskan, seberapa penting pekerjaan berperan dalam hidup Anda dan pertimbangkan segala sesuatunya dari sana.
5. Hadapi dengan tenang persoalan genting yang menekan, sekarang juga. Menundanya hanya akan menambah parah.
6. Entah Anda bekerja atau tidak, jadikan “meluangkan waktu bersama anak” sebagai prioritas utama.

II. CARA MENGOMUNIKASIKAN:
1. Ceritakan kehidupan Anda dan ambillah pelajaran atau nilai positifnya.

Anak-anak senang mendengarkan cerita tentang masa kecil Anda. Selipkanlah beberapa dilema moral dalam cerita Anda, maka Anda akan mendapat kesempatan untuk mengajar nilai-nilai yang positif pada mereka.

2. Hiduplah menurut nilai-nilai yang Anda pegang—bertindaklah sesuai dengan perkataan Anda.
Anak-anak belajar dari meniru. Mereka mampu melihat dan membandingkan apakah yang Anda katakan dan lakukan sama. Oleh karena itu, janganlah membuat mereka bingung. Ikuti dan terapkan nilai-nilai yang Anda pegang dalam kehidupan sehari-hari.

3. Perkenalkan nilai-nilai agama kepada mereka.
Ajarlah mereka untuk mengetahui bahwa mereka tidak sendiri. Perkenalkanlah saudara-saudara seiman yang saling mendukung dalam komunitas bergereja. Hal ini akan memperkuat nilai-nilai positif dalam jiwa dan perilaku mereka.

4. Perhatikan siapa saja yang mengajarkan nilai-nilai kepada anak Anda.
Kenali orang-orang yang ada di sekitar anak Anda—guru di sekolah, guru Sekolah Minggu, teman dst. Ketahuilah nilai-nilai yang mereka anut, karena orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama anak Anda pastilah akan memengaruhi mereka. Ketahuilah juga kepercayaan mereka.

5. Ajukan pertanyaan yang membangkitkan perbincangan tentang nilai-nilai mereka.
Mengatakan kepada anak-anak yang terlalu kecil tentang nilai-nilai positif yang patut untuk mereka terapkan dalam kehidupan pastilah lebih sulit. Sebagai gantinya, tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan yang memicu diskusi tentang nilai-nilai. Misalnya ketika terjadi perkelahian, cobalah ajukan pertanyaan,”Menurutmu bagaimana perkelahian itu?” Pertanyaan seperti ini akan lebih efektif dibanding bila Anda berkomentar, “Dia seharusnya tidak boleh memulai pertengkaran itu!”

6. Sampaikan nilai-nilai positif dengan cara yang santai dan mudah dimengerti.
Berbicara tentang nilai-nilai yang seharusnya dipegang oleh anak Anda akan percuma jika Anda mengatakannya setelah anak Anda terperosok! Bicarakanlah dengan mereka saat santai. Lakukanlah dalam pembicaraan ringan sehari-hari. Suasana yang santai lebih memudahkan mereka untuk mendengarkan Anda dibanding bila Anda menghu-kum dan mengomel pada mereka.

7. Bacakan dongeng kepada anak balita Dongeng dan kisah lainnya seperti fabel dan hikayat selalu menarik bagi anak-anak.
Selain mengasah imajinasi mereka, dongeng dapat menjadi pengantar untuk membicarakan beragam topik nilai positif. Anak-anak belajar lebih cepat ketika mereka tertarik pada topik pembicaraan.

8. Libatkan anak-anak dalam berbagai aktivitas, termasuk seni dan membantu orang lain.
Kurangi menonton televisi dan bermain games. Anak-anak belajar tentang nilai-nilai positif ketika mereka mengalaminya. Bagi anak yang lebih besar, ajaklah mereka terlibat dalam berbagai aktivitas yang akan memperluas pengalaman dan daya kreativitasnya.

9. Sediakan waktu untuk berbincang-bincang seputar nilai-nilai yang Anda pegang dalam rumah tangga Anda.
Lakukan hal ini sering dan berkala sehingga anak-anak mengerti bahwa nilai-nilai positif yang Anda ajarkan kepada mereka adalah untuk diterapkan, bukan untuk dibicarakan saja.

10. Miliki harapan yang tinggi atas nilai-nilai yang hendak Anda terapkan bagi anak Anda.
Anak-anak akan menjadi seperti yang Anda inginkan. Nilai yang mereka anut akan tercermin dalam tingkah laku mereka. Semakin tinggi nilai-nilai positif yang orangtua ajarkan pada anak, tindakan mereka pun akan semakin baik.

Bangunlah komunikasi yang efektif dan penuh kasih.

Temukanlah caranya dalam buku berikut:
1. Menjadi Orangtua yang Bijaksana, H. Norman Wright, Penerbit Andi.
2. The Dad in the Mirror, Patrick Morley & David Delk, Penerbit Andi.
3. Orangtua Karier, Steve Chalke, Penerbit Andi.

Sumber : Bahana Magazine

Menjadi Pribadi Unggul

April 22, 2008

Menjadi Pribadi Unggul

 

 

Setiap orang menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Semua orang ingin memiliki pribadi yang unggul, yang menyenangkan hati Tuhan juga manusia. Pdt. Pengky Andu mempunyai resep bagi kita untuk memenuhi keinginan kita tersebut yaitu :

 

1.  Berusaha untuk mendahulukan kebenaran dan nurani daripada kepentingan diri

     sendiri. Menjadi pribadi utuh yang baik, baik luar maupun dalam. Tidak ada kepura-

     puraan dengan menutupi kelemahan diri.

 

2. Membangun kehidupan yang ideal dengan cara membangun kepribadian dan

    renovasi diri. Kita harus memimpin diri sendiri, mengelola hidup dan mengetahui

    apa yang kita miliki dan harus kita kerjakan. Bersama Tuhan kita mampu

    melakukannya.

 

3.   Menjalani proses kehidupan dengan tekun, sabar dan ulet serta memegang erat dan

      percaya akan janji-janji Tuhan yang tidak pernah meleset.

 

4.   Menjadi generasi yang tidak pernah menyerah. Selalu berpikir positip dan hidup

      optimis. Menjadi orang yang tidak pernah berhenti dalam berusaha, berharap dan

      doa.

 

5.   Melakukan segala sesuatu dengan menggunakan hikmat Tuhan. Hikmat adalah

      sumber kehidupan, maka kita harus senantiasa memohon hikmat kepada Tuhan

      terlebih dahulu sebelum bertindak.

 

6.   Kita perlu bantuan orang lain. Tuhan dapat memakai orang lain dalam penyiapan

      mental dan karakter kita untuk memujudkan setiap tujuan dan rencana Tuhan dalam

      hidup ini.

 

7.  Memiliki rasa dan hati nurani untuk menjadi saluran tangan Tuhan dalam menolong orang-orang yang membutuhkan , sehingga kasih Tuhan nyata di mana-mana. Dalam hal ini kita membutuhkan kekuatan cinta, kekuatan pikiran dan kekuatan spiritual. Kita juga harus memilikidan mengembangakan persepsi, potensi, prinsip, passion, purpose, plan, process, perseverance, dan flexibility.

 

8.  Menyenangkan hati Tuhan dengan menuruti kehendak-NYA dan memahami

     penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

 

 

(Personal excellece/Pdt. Pengky Andu/Penerbit ANDI)

10 Kiat Mempertahankan Semangat Hidup

April 18, 2008

Banyak hal positif yang dapat Anda lakukan di tengah kesibukan rutin. Nikmatilah hidup sembari bekerja, niscaya Anda akan tetap mempertahankan semangat dan memiliki kehidupan yang bertenaga. Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

1 BERIKANLAH LEBIH DARI YANG DIMINTA
Jadilah orang yang selalu memberikan ‘lebih’ dalam apa saja yang Anda lakukan. Jadikanlah ‘totalitas’ sebagai gaya hidup Anda karena kebiasaan membentuk karakter. Berilah tanpa mengharap imbalan dan pujian.

2 KURANGI KETEGANGAN
Orang bijak bilang: “Suatu saat nanti kamu akan tertawa jika teringat akan hal ini.” Kurangilah stres dengan berpikir bahwa segala sesuatu dalam hidup Anda pasti akan berjalan lebih baik. Walaupun kondisi pada saat ini tidak mendukung Anda untuk bersemangat. Milikilah kerangka berpikir positif! Lihatlah setiap situasi sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Jangan lupa untuk tetap tertawa.

3 KUASAILAH KEBIASAAN ANDA
Kebiasaan dapat membuat Anda menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pastikanlah untuk memiliki kebiasaan yang memiliki efek yang baik bagi diri & hidup Anda. Lenyapkanlah kebiasaan buruk yang merugikan.

4 PILIHLAH LINGKUNGAN ANDA
Perhatikan, siapa saja orang yang sangat berpengaruh dalam hidup Anda? Kita semua terbentuk oleh lingkungan kita. Setiap orang yang ada di sekeliling kita mempengaruhi kepribadian, kepercayaan, dan nilai-nilai yang kita anut. Jadi, siapa orang terdekat Anda? Pastikan bahwa mereka mendukung Anda untuk maju. Hindari orang yang mengha-langi perkembangan dan mematikan semangat Anda.

5 LUANGKAN WAKTU UNTUK KEGIATAN YANG ANDA SUKAI
Seringkali kita berupaya keras untuk berlari mengejar kemajuan dalam kehidupan kita, hingga melupakan hal-hal yang membuat kita bahagia. Jika terlalu tegang, Anda menjadi lelah jiwa raga, dan bosan. Kembalikan semangat Anda dengan meluangkan waktu untuk melakukan hobi Anda. Lakukanlah secara teratur.

6 PECAHKAN MASALAH YANG MENGHIMPIT ANDA
Masalah yang belum terpecahkan berpotensi untuk menguras enerji kita. Cari tahu, masalah apa saja yang menghimpit jiwa dan membuat Anda tertekan. Carilah solusi atas masalah Anda. Selesaikanlah urusan yang belum selesai, seperti melunasi hutang, menyelesaikan skripsi atau pekerjaan yang belum beres. Dijamin, Anda akan menjadi lega setiap satu masalah selesai. Bereskan saja semuanya, supaya Anda kembali bersemangat!

7 FOKUS! FOKUS! FOKUS!
Enyahkan kecerobohan dan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup Anda dengan fokus pada apa saja yang sedang Anda lakukan saat ini. Kembangkanlah kebiasaan untuk melakukan satu saja pekerjaan. Fokuslah pada hal itu hingga pekerjaan itu selesai. Berilah perhatian pada detail untuk meraih kesempurnaan.

8 SISIHKAN WAKTU UNTUK MENYUSUN HIDUP ANDA
Kebanyakan orang menyerah pada keadaan dan tidak memperjuangkan hidup mereka. Akibatnya hidup mereka menjadi tak menentu dan tanpa arah serta tujuan. Hindarilah hal ini dengan mengetahui apa yang Anda inginkan. Ketahuilah impian Anda. Anda ingin menjadi apa? Kehidupan seperti apa yang Anda dambakan? Apa sumbangsih Anda bagi manusia dan dunia? Jadilah orang yang proaktif dengan berusaha menata diri dan hidup Anda ke arah yang lebih baik. Susunlah rencana dan berjuanglah!

9 MENJAGA KESEHATAN JIWA & RAGA
Makanlah makanan yang bergizi, jangan hanya asal kenyang. Miliki tidur yang berkualitas. Berolahragalah secara teratur. Lakukan segala upaya untuk menunjang raga kita tetap sehat. Karena kesehatan tubuh berpengaruh pada kesegaran mental. Usahakan untuk berada dalam lingkungan yang ‘sehat’, hindari lingkungan yang penuh tekanan, carilah kehidupan yang lebih baik. Berbagilah bersama sahabat. Jangan lupa bahwa Tuhan itu ada, berserah & berdoalah!

10 BERINVESTASI PADA OTAK & PIKIRAN ANDA
Pikiran Anda adalah komputer yang tercanggih di dunia! Up grade yourself! Maka, jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan bakat Anda. Jangan malas mempelajari keahlian baru yang akan meningkatkan kesehatan, kekuatan mental, dan performa kerja kita. Jangan takut mencoba pengalaman baru. Hal baru dapat menstimulasi pikiran kita. Gunakanlah pengetahuan yang Anda miliki untuk berkarya, mengajar, mendukung orang lain, dan berpartisipasilah dalam membuat dunia menjadi lebih baik. (BM)